Pendekatan Holistik Terhadap Kesehatan Reproduksi Seksual

Ilustrasi


Healt Specialis -- Seorang pejabat dari Kementerian Kesehatan dan Kebugaran, Master of science Lesego Mokganya mengatakan, kebanyakan penyakit sosial diakibatkan oleh masalah kesehatan reproduksi seksual yang terbengkalai.

Ibu Mokganya mengatakan bahwa kesehatan reproduksi seksual memerlukan pendekatan holistik yang mencakup arah spiritual dan budaya.

Mendiskusi dalam sebuah wawancara dalam Maun baru-baru ini dalam sebuah lokakarya dengan Dikgosi, Ms Mokganya mengatakan dalam beberapa penyakit sosial disebabkan dengan kesehatan reproduksi seksual yang terbengkalai seperti kehamilan remaja, HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan yang konsekuensi seperti depresi, aborsi, pembuangan anak dan kelalaian anak yang mempengaruhi penduduk.

Kesehatan seksual dan reproduksi yang baik adalah situasi kesehatan fisik, mental kemudian sosial yang lengkap di semua hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi.

Dia mengatakan yakni kementerian kesehatan menyadari pentingnya melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk dikgosi, gereja serta orang tua untuk mencerahkan mereka dan berbagi gagasan.

Dikgosi, katanya, memiliki kepentingan terbaik dari komunitas mereka di hati sehingga berperan penting dalam masalah kesehatan seksual.

Dia mengatakan dikgosi prihatin dengan penyakit sosial seperti kenakalan, kehamilan yang tidak direncanakan dan remaja, dan konsekuensi psikososial.

Ibu Mokganya mengatakan bahwa dikgosi kapasitif sangat penting sebab merupakan penghubung ke banyak organisasi.

Dia mengatakan pendekatan holistik terhadap kesehatan reproduksi seksual yang melibatkan arah spiritual dan budaya yang mempromosikan keluarga sebagai induk kehidupan itu penting.

Ibu Mokganya mengatakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa ayah yang tidak hadir berkontribusi kepada banyak penyakit sosial sementara kehadiran kedua orang tua menghasilkan anak dan penduduk yang sehat.

Kgosi Rebecca Banika dari Chobe mengatakan bahwa orang tua mesti berhati-hati dan tidak berperan secara fisik namun bukan aktif dalam membesarkan anak-anak mereka.

Dia mengatakan yakni media sosial mengganggu pengaturan keluarga karena orang tua hanya hadir secara fisik.

Kgosi Molatedi Dingalo yang Shorobe mengatakan bahwa hak anak-anak menantang orang tua karena mendisiplinkan mereka disalahartikan sebagai pelecehan. []

0 komentar